Begitu juga dengan zat yang terkandung dalam air danau itu juga belum diketahui jenisnya.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Lampung Barat (Lambar) telah mengambil sample air danau di kaki Gunung Seminung itu. Dan telah dikirik ke DLH Provinsi Lampung.
Hasil tes laboratariun dari DLH Lampung akan diterima dalam waktu satu minggu mendatang.
Namun demikian, akibat fenomena ini air danau berwarna hitam dan menimbulkan aroma kurang sedap di sekitar.
"Dan sebelum ikan-ikan itu mati terlihat bermunculan seperti kekurangan ogsigen," kata Kepala DLH Lambar, Syaekhuddin, Rabu (7/2).
Pihaknya juga tak mau berspekulasi mesti ada kemungkinan dampak aktivitas gunung aktif tersebut.
"Ya ada gunung, makanya ada pemandian air panas. Tapi kami belum bisa menyimpulkan fenomena ini dari aktivitas gunung tersebut," paparnya.
Diketahui, fenomena yang disebut warga setempat kementilehan itu bukan untuk kali pertama. Terbaru pada 1 Februari lalu mengakibatkan kerugian materi. Bukan hanya itu, kesehatam air yang dikonsumsi warga sekitar juga belum bisa dipastikan.
Sementara, data dari Dinas Perikanan Lambar, sejak terjadinya fenomena di Danau Ranau, Lumbok Seminung. Terhitung dari tanggal 2 Februari hingga saat ini, 50 ton ikan mati di keramba jaring apung (KJA) pembudidaya. Kerugian menjapai Rp1 Milliar lebih. Sementara ikan di perairan umum dan danau lebih kurang 5 ton ikan juga mati. (red)