Dilahirkan Tanpa Anus, Balita 19 Bulan ini Perlu Uluran Tangan Darmawan - matapenanews.com | Mata Pena News

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Jumat, 23 Februari 2018

Dilahirkan Tanpa Anus, Balita 19 Bulan ini Perlu Uluran Tangan Darmawan

MATAPENANEWS.com--Sungguh kasihan terhadap Su, balita berjenis kelamin perempuan yang baru berusia 19 bulan itu. Bagaimana tidak, buah hati dari HS (40) dan FE (37), warga Pekon Balaikencana Kecamatan Krui Selatan Kabupaten Pesisir Barat (Pesibar), terlahir dengan kondisi (maaf) tanpa lubang anus (Anus Imperforata).

Kondisi keluarga yang berada dibawah garis kemiskinan, membuat upaya yang dilakukan kedua orangtuanya terbilang seadanya sesuai dengan kemampuan perekonomian.

Salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pesibar H. M. Iqbal, S.Sos., Jumat (23/2), saat mengetahui informasi tersebut dan merasa prihatin langsung melihat kondisi dari keluarga tersebut.

Ditemui dikediamannya, kedua orangtua Su mengaku diumurnya yang masih sangat kecil itu telah mengalami operasi sebanyak 2 kali di Rumah Sakit Abdul Muluk Bandar Lampung.

Sang Ayah, Heri menjelaskan bahwa anaknya telah menjalani 17 kali kontrol dan 2 kali operasi di RS. Abdul Muluk.  Dan setiap sebulan sekalinya harus rutin kontrol ke Rumah Sakit tersebut.

"Waktu terakhir kontrol, dokter bilang anak saya harus jalani operasi satu kali lagi dan itu operasi ketiga dan terakhir untuk membuat saluran lubang anus.  Cukup berat juga biayanya untuk setiap bulan harus ke Bandar Lampung," ujar Heri.

Dirinya menjelaskan bahwa selama ini masa pengobatan untuk anaknya,  dirinya hanya mengandalkan BPJS untuk sekedar meringankan beban biaya operasi. "Sering juga terlambat cek ke Rumah sakit karena biaya," lanjutnya.

Ayah 7 anak yang hanya berprofesi sebagai nelayan dan kerja serabutan itu menerangkan biaya yang dikeluarkannya untuk kontrol tiap bulan ke Rumah Sakit itu sampai memakan biaya sebanyak Rp600 ribuan. "Lumayan juga sekali jalan untuk cek ke Rumah Sakit,  biaya ongkos,  dan makan disana bisa habis Rp600 ribu. Paling bisa buat nambahin biaya dari bantuan PKH," jelasnya.

Dengan kondisi saat ini yang tengah dialaminya, ditambah dirinya sedang tidak sanggup untuk bekerja. Sedangkan kebutuhan rumah dan keperluan anak bungsunya untuk berobat harus dipenuhi, ia pun sempat berhutang kepada Bank agar keperluan keluarganya dapat terpenuhi.

“Ya mau bagaimana, beras dirumah sudah habis, anak saya yang kecil juga perlu untuk cek kontrol, jadi sempat saya hutang ke bank, dicicil lah dikit-dikit.  Dari pada saya mencuri jadi lebih panjang nanti masalahanya," keluh Heri.

Sementara itu, anggota DPRD Pesibar M. Iqbal mengimbau kepada dinas terkait untuk dapat memberikan perhatian lebih terhadap keluarga Heri, utamany dalam upaya pengobatan anaknya tersebut. "Untuk hal ini kami mengimbau kepada Dinas Sosial (Dinsos) setempat untuk memberikan perhatian.  Apalagi kondisi keluarga ini merupakan keluarga tidak mampu," ungkap Agus. (acha)

Post Bottom Ad