Pengangguran Rendah Tapi Upah Murah - matapenanews.com | Mata Pena News

Breaking

Home Top Ad

Post Top Ad

Kamis, 08 Maret 2018

Pengangguran Rendah Tapi Upah Murah

Foto: ist
MATAPENANEWS.com-- Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Lampung Barat (Lambar) Provinsi Lampung mencatat tingkat pengangguran terbuka di kabupaten itu cukup rendah, hanya 0,96.

"Artinya jika ada 100 orang, tak sampai satu orang pengangguran," ujar Sekretaris Bappeda Lambar, Agustanto Basmar.

Dikatakan, secara sederhana pengangguran tingkat terbuka yakni di luar orang menempuh pendidikan, dan pencaker serta mengurus rumah tangga.

Di Lambar, angka 0,96 persen memang logika. Secara tiori sederhana, jika seseorang tidak bekerja di suatu perusahaan, maka warganya akan disibukkan dengan pekerjaan seperti menjadi buruh tani atau ojek sayur.

"Bagi yang di daerah palawija, biasanya lapangan kerja cukup banyak. Yakni dengan menjual jasa mengurusi tanaman atau memersiapkan lahannya," kata dia lagi.

Demikian pula pada masa panen, individu yang dalam usia produktif menjual jasanya mengangkut hasil bumi, seperti ojek sayur dan semacamnya.

Begitu juga yang menggeluti kontruksi, buruh bangunan. Para invidu produktif itu bisa juga menjual jasanya menjadi kuli bangunan atau sejenisnya.

"Artinya di Lambar memang lapangan kerja terbuka cukup tersedia. Dan orang yang masuk usia produktif ternyata memang tidak canggung untuk menjual jasanya di lapangan kerja terbuka ini," kata dia.

"Salah satunya juga pembangunan sumber dana desa (DD) juga ternyata menyumbang lapangan kerja terbuka. Pembangunan rabat beton di tingkat pekon. Banyak warga yang diberdayakan untuk kerja di setiap pembangunan bersumber DD. Makanya DD itu tak diperkenankan dikerjakan orang ketiga," ujar dia lagi.

Kendati demikian, upah jasa di lapangan kerja terbuka itu tergolong rendah. "Ya upahnya memang masih cukup rendah," tandasnya.

Pantauan di lapangan, upah harian kerja di tingkat lapangan terbuka memang masih relatif rendah. Buruh bangunan, untuk kepala tukang berkisar Rp125 ribu per hari. Jika kornet jasa perhari dibayar kisaran Rp60 ribu - Rp80 ribu.

"Itu kalau lepas pak. Maksudnya gak dikasih makan gak dikasih rokok, paling dikasih ngopi aja," ujar salah seorang pekerja bangunan di Balikbukit Awan (31), Jumat (9/3).

Demikian pula di bidang pertanian, upah harian kerja justru lebih murah tak sampai Rp100 ribu per hari.

"Kalau harian di kebun atau di lahan sayuran (hortikultura) seperti membantu mengurus atau membersihkan gulma atau semacamnya itu kalau laki-laki sekitar Rp60 per hari. Kalau perempuan kadang ada yang Rp40ribu-Rp50 ribu perharinya. Itu juga lepas mas. Makan minum bawa sendiri dari rumah. Paling dikasih ngopi lah," ujar Iyan yang kerap menjual jasanya di bidang pertanian ini.

Sementara untuk ojek hasil bumi yang menggunakan roda dua justru relatif. Sukar diprediksi, karena bergantung volume panen. Namun jika dikalkulasi dalam sebulan, perhari tergolong rendah.

"Kadang kalau panennya  banyak dan ojeknya dikit ya banyak juga, Rp200 ribu dapat lah. Tapikan belum beli minyak motor dan rokok. Juga belum tentu tiap hari ada orang panen di satu daerah. Kalau daerah lain kan ada ojek yang lain. Kalau dihitung dalam satu bulan itu penghasilan perhari sekitar Rp80 ribu lah," terang Ijal yang memang kesehariannya ojek hasil bumi ini. (mpn)

Editor : M Yanto

Post Bottom Ad